Langsung ke konten utama

Etika Seorang Penulis



Perlu ditanamkan jika seorang penulis akan selalu menjadi cerminan bagi para pembacanya. Jika seorang penulis memiliki kepribadian serta etika yang baik, maka secara otomatis juga akan dihargai, bahkan dihormati pembaca, ataupun tim redaksi dan penerbit.

Di bawah ini ada beberapa etika yang wajib bin kudu dimiliki semua penulis.

Sifat dan Etika yang Harus Dimiliki Seorang Penulis

·       Jujur

Penulis yang baik adalah yang berani mengungkapkan kebenaran yang diketahui. Jika memang benar katakan benar, begitu pula jika salah, maka harus berani bilang salah. Etika penulis yang baik adalah tidak akan menerima suap demi menutupi kebenaran.
Walaupun kadang dalam membangun etika yang seperti ini harus melewati jalan terjal hingga badai. Berbagai tawaran menggiurkan sering menggoda, atau kadang sampai mempertaruhkan nyawa.
Ingat dengan kasus Khasogi? Dia adalah seorang wartawan yang berani mempertaruhkan nyawa demi mengungkapkan sebuah kebenaran. Pada akhirnya dia harus meninggal dengan cara yang tidak wajar dan menuai simpati dari berbagai pihak dan negara.

·       Tidak Melakukan Plagiasi

Seharusnya ini adalah hal yang paling dibenci para penulis. Tapi, ternyata masih banyak penulis-penulis yang tak beretika. Eh, salah ya, seharusnya seseorang yang sudah melakukan plagiasi tak pantas disebut sebagai seorang penulis.
Bayangkan saja bagaimana jika yang diplagiat itu adalah karya kita? Mengingat bagaimana dan berapa lama waktu untuk menyelesaikan tulisan itu, tapi dengan seenaknya mereka mengambil hasil kerja keras kita.
Jika memang ingin menjadikan tulisan orang lain sebagai sumber/ referensi bagaimana? Menjadikan ya, bukan menyalin ulang. Beda sekali. Kalau memang mau menjadikan tulisan orang lain sebagai referensi, tulis sumber beserta linknya. Penulis yang baik pantang mencuri tulisan orang lain.

·       Gemar Berbagi Ilmu

Ilmu bukanlah barang atau benda yang akan berkurang jika dibagi dengan orang lain. Secara logika memang tak masuk akal. Seperti halnya sedekah. Semakin banyak uang yang disedekahkan, maka Allah semakin melipat gandakan balasan kebaikan untuk kita.
Konsep tersebut berlaku juga untuk ilmu. Jadi, semakin banyak benih ilmu yang ditebar maka panen ilmu lainnya juga semakin banyak. Ilmu ibarat pintu, saat keluar dari pintu untuk menebar benih, maka ada benih lain masuk melalui pintu yang lain.
Jika ilmu menghasilkan kebaikan, maka akan menghasilkan kebaikan pula bagi pemiliknya. Penulis yang baik akan selalu menanamkan kebaikan di mana pun dan kapan pun.

·       Suka Dikritik

Mungkin sebagian penulis apalagi pemula masih ada yang suka baper kalau dikritik. Hayo ngaku! Mulai sekarang hilangkan hal seperti itu, iya. Sebagai seorang penulis harus belajar menerima kritikan. Penulis yang baik itu menjauhi sikap resisten, atau kebal kritik.
Kenapa orang suka memberikan kritikan pada karya kita? Mengkritik artinya mereka peduli dan perhatian dengan tulisan kita. Penulis yang baik itu rindu kritik dan saran dari para pembacanya demi memperbaiki tulisannya agar lebih baik lagi.
Kalau ketemu netizen yang suka memberikan kritikan dengan kata pedas, maka sebaiknya tulis inti dari kritikannya itu apa, lalu hapus kata-kata yang menyakitkan. Tujuan dari kritikan mereka itu hanya satu, kita berubah jadi lebih baik lagi.
Hanya saja, mental tiap orang beda-beda. Ada yang tidak biasa dikritik dan saat dikritik menjadi down. Jadi, jika ada hal menyakitkan sebisa mungkin hapuslah dari ingatan. Ingat baiknya saja. Okay?
Hal-hal di atas adalah sebagian kecil etika penulis yang harus mulai diterapkan dalam kepribadian kita. Selanjutnya kita akan membahas etika penulis saat mengirimkan naskah ke penerbit.

Etika Penulis Saat Mengirimkan Naskah ke Penerbit

·       Hindari Typo

Pertama kali setelah penerbit menerima naskah dari seorang penulis adalah membaca sinopsis cerita. Kalau di awal kalimat, atau satu lembar saja sudah banjir typo, kemungkinan besar sebagus apa pun cerita yang dikirimkan tidak akan diterima.
Jadi sebelum kirim naskah, lakukan self editing. Tulisan yang minim typo dan sesuai KBBI sangat enak dibaca. Naskah yang sudah rapi meringankan kerja seorang editor. Para editor akan langsung fokus ke naskah daripada membenarkan soal EYD dan sebagainya.

·       Ikuti Syarat & Ketentuan Pengiriman

Beberapa penulis ada yang kirim tulisan asal saja, diminta pakai Times New Roman malah pakai Calibri. Jelas-jelas ada ketentuan spasi 1.5 malah 2 atau 1 saja yang membuat mata editor bekerja keras karena saking rapatnya tulisan.
Hal-hal sepele seperti itu kadang membuat tim redaksi gerah. Jadi, ikuti aturan jika memang ingin naskah diterima penerbit. Jangan dilebihkan atau dikurangi, karena setiap penerbit memiliki aturan-aturannya sendiri.

·       Sapa Penerbit di Badan Email

Pernah mendengar cerita dari salah satu penerbit Indie yang geram dengan para penulis yang kalau kirim email tanpa kata pengantar, atau basa-basi. Hanya kirim lampiran naskah dengan badan email yang kosong.
Biasanya tim redaksi akan malas membuka email yang demikian, atau malah langsung menghapusnya dari email masuk tanpa peduli sebagus apa pun tulisannya.
Hal seperti itu ibarat bertamu tak mengetuk pintu, tapi langsung masuk ke dalam rumah. Apakah sopan seperti itu? Jadi jika pernah berbuat demikian, maka segera insyaflah wahai penulis. Hihihi ....
Namun, ada beberapa penerbit mayor yang justru memberi keterangan ‘kosongi badan email’. Jika demikian, artinya jangan memberikan sapaan apa pun. Ikuti aturannya. Jangan malah dibalik.
Oiya, etika yang satu ini berlaku juga untuk saat mengirim chat ke seseorang. Biasakan mengucapkan salam, memperkenalkan diri. Jangan jadi kebiasaan kirim pesan langsung to the point. Tahu nggak, kenal apalagi, tapi tiba-tiba nerocos panjang lebar. Sebal, kan? Banget.
Kalau misalnya kita pernah bersikap seperti itu, lalu diabaikan oleh si penerima pesan, jangan marah. Dia berhak marah karena kita tidak sopan. Kita orang timur yang menjunjung tinggi budaya timur yang penuh etika dan kesopanan.

·       Jangan Mengirim Naskah yang Sudah Dikirim ke Satu Penerbit ke Penerbit Lainnya

Kenapa nggak boleh? Alasannya adalah, karena setiap naskah yang masuk pasti diperiksa oleh editor.
Bayangkan saja, editor udah capek-capek baca naskah bahkan mungkin sampai selesai dan naskahnya layak diterima, eh ternyata penulis tersebut juga mengirimkan naskah ke penerbit lain. Padahal setiap hari editor disuguhkan dengan puluhan bahkan ratusan naskah.
Hal seperti itu akan membuat kerja keras tim editor jadi sia-sia dan ada kemungkinan besar nama penulis tersebut akan di black list karena menyebalkan dan tak ingin kejadian serupa terulang kembali di kemudian hari.
Mungkin itu saja beberapa etika yang wajib dimiliki seorang penulis. Mari berusaha menjadi pribadi yang baik, rendah hati, menyenangkan, hangat, ramah dan baik terhadap siapa pun terlepas dari profesi yang kita tekuni, entah penulis atau profesi yang lain.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bionarasi

Mungkin beberapa orang, asing mendengar kata bionarasi. Sebenarnya bionarasi itu apa? Bionarasi adalah singkatan dari Biodata Narasi. Bukan biodata seperti biasa? Yup, tentu berbeda karena ada kata narasi, otomatis biodatanya berbentuk narasi, atau penjabaran. Jadi, Bionarasi adalah biodata, atau riwayat hidup yang berupa teks, atau paragraf dalam bentuk narasi atau cerita. Secara garis besar adalah cerita perjalanan kita sebagai penulis. Namun, bukan asal bikin cerita, ada aturan dan syarat-syarat dalam membuat biodata narasi. Syarat-Syarat Penulisan Bionarasi ·        Gunakan POV 3 => Dia Kenapa harus pakai POV 3? Karena biodata berisi tentang diri kita sendiri, jadi jangan sampai menimbulkan kesan sombong dan sok yes . Justru sebaliknya, seorang penulis harus terlihat rendah hati, berprestasi dan idola yang patut dikagumi oleh para pembacanya. ·        Jangan Bertele-tele Meskipun isinya berupa biodata ...

POV (Point of View) Dalam Sebuah Cerita

POV, atau yang dikenal juga sebagai sudut pandang, pasti sudah tak asing lagi di telinga para penulis. Saya yakin banyak yang sudah paham, namun ada baiknya jika mengingat kembali agar lebih mengerti dan tidak salah lagi dalam menentukan POV. Sebab, masih ada beberapa penulis yang galau pakai POV, seperti misalnya chapter 1 pakai POV 1, eh chapter berikutnya pakai POV 3 terus balik lagi pakai POV 1. Kalau kaya gitu, bukan hanya penulisnya yang galau, editornya pun mendadak kena tekanan darah tinggi. So, mari kita belajar bersama mengenai POV, atau sudut pandang agar lebih terang benderang dalam menempatkan tokoh dalam cerita. Sebelum membahas lebih jauh mengenai POV, ada baiknya jika tahu pengertian POV. Pengertian POV POV adalah arah pandang seorang penulis di dalam menyampaikan sebuah cerita, sehingga cerita tersebut terasa lebih hidup dan tersampaikan dengan baik kepada pembaca, atau pendengarnya. Dengan kata lain, sudut pandang merupakan cara penulis menemp...

Cara Menjadi Penulis

Banyak orang bertanya-tanya, bagaimana sih cara menjadi penulis?  Padahal saya juga bukanlah seorang penulis terkenal. Saya hanya penulis pemula yang memberanikan diri mengirimkan naskah ke salah satu media online dan alhamdulillah diterima. Dan kalau diingat lagi tulisan pertama saya sungguh sangat memalukan. Beneran malu setengah mati sama editornya. Kesalahan tanda baca di mana-mana. Tidak menggunakan kata baku, asal aja pokoknya yang penting nulis. Waktu itu saya benar-benar tidak ada ilmu menulis sama sekali. Dan anehnya diterima sama penerbit sekelas mayor. Itu namanya MUJUR. Mujur juga karena ketemu editor yang super sabar. Sampai saat saya dikasih kesempatan revisi sebanyak dua kali dia masih bisa bilang: ayo dong semangat . Jangan menyerah. Ide ceritamu itu bagus, jangan dikalahkan sama putus asamu. Down itu pasti, ya. Bayangin aja, saya kirim naskah dari akhir tahun 2017, digantung selama 3 bulan. Saya tanyain belum ada respon. Sebulan kemudian saya tanya...