POV, atau yang dikenal juga sebagai sudut pandang, pasti sudah tak asing lagi di telinga para penulis. Saya yakin banyak yang sudah paham, namun ada baiknya jika mengingat kembali agar lebih mengerti dan tidak salah lagi dalam menentukan POV.
Sebab, masih
ada beberapa penulis yang galau pakai POV, seperti misalnya chapter 1 pakai POV
1, eh chapter berikutnya pakai POV 3 terus balik lagi pakai POV 1. Kalau kaya
gitu, bukan hanya penulisnya yang galau, editornya pun mendadak kena tekanan
darah tinggi.
So, mari kita
belajar bersama mengenai POV, atau sudut pandang agar lebih terang benderang
dalam menempatkan tokoh dalam cerita. Sebelum membahas lebih jauh mengenai POV,
ada baiknya jika tahu pengertian POV.
Pengertian POV
POV
adalah
arah pandang seorang penulis di dalam menyampaikan sebuah cerita, sehingga
cerita tersebut terasa lebih hidup dan tersampaikan dengan baik kepada pembaca,
atau pendengarnya.
Dengan kata lain, sudut pandang
merupakan cara penulis menempatkan/ memandang dirinya sendiri dalam sebuah
cerita yang dibuatnya.
Sudah jelas, iya sampai di sini?
Sekarang kita lanjut ke macam-macam POV dan contohnya.
Macam-Macam POV
POV dibagi ke dalam 3 jenis, yaitu;
·
POV 1 (Sudut
Pandang Orang Pertama)
POV 1 dibagi lagi menjadi 2:
· Sudut Pandang
Pertama sebagai Tokoh Utama
Bila
menggunakan POV 1 maka penulis menggunakan kata : Aku,
saya, gue, gua, ane, aing, dan
sebagainya. POV 1 mengacu pada penyebutan diri sendiri sebagai tokoh utama
dalam cerita tersebut.
Contoh:
Aku
masih memandangi undangan pernikahan berwarna putih di atas meja ruang tamu. Bercorak bunga tulip
merah, menggantung pada garis tengah kertas yang memisahkan halaman pertama dan
kedua. Disusul dengan nama kedua mempelai: Adriansyah
Kurniawan& Bintang Kirana Dewi dengan tinta keemasan.
Pada
sekotak kecil di bawahnya, cukup untuk menuliskan nama panjangku: My Lovely Sister “Dinda Pramesti Syailendra”.
Sebaris kalimat itu cukup mempertegas apa posisiku di hatinya. Hanya
dianggap ADIK.
POV
1 di sini adalah si Dinda Pramesti
Syailendra yang menyebut dirinya sebagai aku.
· Sudut Pandang
Orang Pertama Sebagai Tokoh Sampingan
Dalam sudut pandang ini seolah-olah
yang bercerita adalah tokoh utama, tetapi posisinya dalam cerita bukanlah tokoh
utama. Bingung, ya? Biar nggak bingung, di bawah ini adalah contohnya.
Contoh:
Aku melirik ke sampingku. Terlihat
Alea tengah memakan es krimnya dengan nikmat. Sama sekali tak memedulikan
Raqila yang sejak tadi memerhatikan Alea dengan mupeng.
Bocah cantik itu menangis sejak
lima belas menit yang lalu. Demi menghentikan tangis adiknya, Raqila rela
memberikan es krim kesayangannya. “Enak, Dek?” tanyanya penuh kasih sayang.
Aku di sini sebagai tokoh sampingan
karena yang diceritakan si penulis adalah tentang si Alea dan Raqila (tokoh
utamanya).
· POV 3 (Sudut Pandang Orang Ketiga)
Dalam POV 3, penulis umumnya
menggunakan kata: Dia, ia, mereka, atau nama tokohnya. Kata ganti tersebut
digunakan untuk menceritakan tokoh utama dalam sebuah cerita.
POV 3 dibagi lagi menjadi 2:
·
Sudut
Pandang Orang Ketiga Sebagai Pengamat
Pengamatan diperoleh dari hasil
olah pikir si penulis cerita melalui tangkapan pancaindra yang digunakan. Baik
melihat, mendengar, mengalami, atau merasakan sesuatu.
Contoh:
Salsabila sudah duduk di tepi pantai itu
sekitar satu jam yang lalu. Tapi, matanya belum jemu menatap ombak yang
sebentar menggulung dan kembali lagi surut. Para peselancar yang rata-rata
berkulit hitam, sesekali menunjukkan atraksinya memainkan papan selancar. Mengikuti
arah ombak membawa tubuh mereka. Beberapa di antaranya sesekali melambaikan
tangan ke arah Bila untuk menghibur kesendirian gadis itu.
Tokoh utama dari POV ini adalah nama tokoh
yang bernama Salsabila. Si penulis memakai POV 3 untuk mengamati tentang tokoh
utamanya dari hasil melihat, mengalami dan merasakan.
· Sudut Pandang Orang Ketiga Maha Tahu
Si penulis akan menceritakan apa
saja tentang tokoh utama, karena serba tahu. Ia seakan tahu benar tentang
watak, pikiran, perasaan, kejadian bahkan latar belakang yang mendalangi suatu
kejadian.
Contoh:
Gadis
berseragam putih abu-abu yang duduk di tepi jalan itu menatap lurus ke depan
tanpa berkedip. Merenungi kejadian tadi pagi di sekolah yang melibatkan
dirinya. Lepas dari lamunan, gadis yang bernama Alea itu memandangi kertas yang
ada di tangannya. Surat panggilan untuk orang tua.
Tes ...
Air mata
jatuh membasahi pipi chubbynya. Pada siapa surat di tangannya akan diberikan?
Ibunya yang sudah ada di Surga? Atau bapaknya yang lebih banyak menghabiskan
waktu di meja judi dibanding bersamanya? Bahkan rasanya, ada, atau tanpa
laki-laki itu, hidupnya sama saja. Menderita.
· POV 2 (Sudut Pandang Orang Kedua)
Pada kenyataannya, POV ini jarang
sekali digunakan oleh para penulis karena tingkat kesulitannya.
Dalam POV 2, penulis diposisikan
sebagai narator dalam cerita. Penulis menggambarkan apa yang dilakukan, “kamu”,
“kau”, atau “anda”. Dengan kata lain, pembaca diposisikan sebagai tokoh
utama.
Penulis juga harus konsisten
menggunakan kata AKU untuk berbicara dengan tokoh utama.
Agar mudah memahami penggunaan POV
2, anggap saja Anda sedang menceritakan kisah orang lain pada orang yang tengah
diajak berbicara.
Contoh:
Selvi,
apa kamu ingat apa yang diucapkan Bagas terakhir kali padaku? Dia berpesan
untuk tak sedih apalagi meratapi kepergiannya. Dia ingin kamu bahagia, dengan,
atau tanpa dia sekali pun.
Untuk
itulah, menjelang ajalnya, dia berpesan agar kamu menikah kembali. Semua itu
demi kebaikanmu sendiri juga anak-anakmu. Bagas berharap kamu bertemu pria yang
lebih baik darinya. Tapi, mengapa kamu masih bersikukuh ingin menjanda?
Itulah
macam-macam POV yang kerapkali digunakan penulis dalam bercerita.
Kesimpulannya, dari semua POV yang ada, penulis disarankan agar tidak galau
memakai POV. POV apa pun yang ingin dipakai penulis selalu bagus, tergantung
bagaimana cara penulis membawakan ceritanya.
Komentar
Posting Komentar