Banyak orang bertanya-tanya, bagaimana sih cara menjadi penulis?
Padahal
saya juga bukanlah seorang penulis terkenal. Saya hanya penulis pemula yang
memberanikan diri mengirimkan naskah ke salah satu media online dan alhamdulillah diterima. Dan kalau diingat lagi tulisan
pertama saya sungguh sangat memalukan. Beneran malu setengah mati sama
editornya.
Kesalahan
tanda baca di mana-mana. Tidak menggunakan kata baku, asal aja pokoknya yang
penting nulis. Waktu itu saya benar-benar tidak ada ilmu menulis sama sekali.
Dan anehnya diterima sama penerbit sekelas mayor. Itu namanya MUJUR.
Mujur
juga karena ketemu editor yang super sabar. Sampai saat saya dikasih kesempatan
revisi sebanyak dua kali dia masih bisa bilang: ayo dong semangat. Jangan menyerah.
Ide ceritamu itu bagus, jangan dikalahkan sama putus asamu.
Down
itu pasti, ya. Bayangin aja, saya kirim naskah dari akhir tahun 2017, digantung
selama 3 bulan. Saya tanyain belum ada respon. Sebulan kemudian saya tanya lagi,
dijawab, tapi setiap kalimat yang saya tulis isinya revisian semua. Hampir
nangis saya, karena selembar penuh isinya tinta merah pembetulan. Oke, saya masih
semangat revisi pertama.
Sebulan
kemudian kirim lagi. Nunggu, nunggu, sampai akhirnya dua bulan baru dapat kabar.
Emailnya sama kaya sebelumnya REVISI LAGI. Dititik inilah saya kehilangan semua
semangat. Putus asa, pengin nangis, sampai saat saya kirim revisi kedua, saya bilang ke editor: Aku nyerah kalau revisi lagi. Total ada 13 bulan saya menunggu naskah saya benar-benar diterima editor.
Ini
kisah nyata yang saya bagi untuk menyemangati kalian yang baru melangkah di
dunia literasi. Jangan mudah menyerah. Bahkan J.K Rowling saja ditolak puluhan
kali dan sekarang bisa menikmati hasilnya, ‘kan? Semangat dan motivasi dalam diri
sendiri adalah kunci dari langkah selanjutnya.
Oke,
saya bagi tips-tips ringan jadi penulis yang bisa kalian coba. Semoga membantu.
1.
TEGUHKAN
NIAT
Apa pun pekerjaan yang
akan kita lakukan, niat dan tekad selalu menjadi hal paling penting. Kalau udah
punya niat dan tekad kuat, hal buruk apa pun yang terjadi di masa depan pasti
akan diterjang. Termasuk jika suatu saat ditolak berkali-kali oleh penerbit.
2.
BERMENTAL
BAJA
Serperti ceritaku di
atas tadi ya, kalau saja saat editor minta saya revisi dan saya bilang nyerah,
lalu nggak nulis lagi, maka saya nggak akan menulis artikel ini. Ya, karena saat
kita memutuskan untuk menyerah, di situlah tempat kita selamanya.
Jika kita tak cepat
bangkit saat ditolak, tak akan pernah maju selamanya. Jadi, kuatkan mentalmu
terlebih dulu, ya. Dunia literasi itu emang adem ayem, karena memang isinya
kompetisi.
Tapi, saat ikut
kompetisi, kamu akan tahu seberapa banyak jumlah musuh yang kamu hadapi. Bisa puluhan,
ratusan hingga ribuan, yang sebanyak itu hanya akan terpilih sebiji, dua biji. Jadi,
siapkan terus mentalmu jika gagal. Tapi, juga tak boleh pesimis. Harus yakin
tulisan kita bagus dan akan diterima redaksi. Okay?
3.
BERGABUNGLAH
DENGAN KOMUNITAS
Kenapa nggak belajar
nulis dulu baru gabung dengan komunitas? Itu juga boleh kok. Tapi kalau
menurutku, lebih baik gabung dulu. Ikut grup-grup yang ringan saja dulu. Sekarang
‘kan banyak sekali ya grup kepenulisan di media sosial seperti Whatssapp, Facebook
dsb.
Di sana biasanya ada event-event kepenulisan, seperti lomba
bikin cerpen atau puisi. Jika belum berani ikut event, nimbrung aja. Baca tulisan yang diposting, baca komennya. Orang-orang
yang berani berkomentar biasanya bukan orang sembarangan. Mereka akan memberi
masukan sekaligus kritikan untuk setiap tulisan yang diposting. Mereka ilmunya
banyak. Belajar dari itu.
4.
BUAT
AKUN LITERASI
Sekarang kan
buaanyyyaaak sekali ya aplikasi di Indonesia yang menunjang dunia literasi dan
gretong tentunya. Seperti Wattpad, Cabaca, Comico, Webcomics, e-novel dan masih
banyak lagi.
Buat akun dan
belajarlah menulis di sana. Nggak usah pikirin tentang followers dan viewers-nya.
Teruslah menulis dan menulis hingga pembaca berdatangan dengan sendirinya. Oiya,
biasanya penerbit-penerbit Indie suka berburu naskah lewat aplikasi-aplikasi
itu. Kalau ceritamu bagus, bukan tak mungkin naskahmu akan dilirik penerbit.
Banyak sekali penulis-penulis baru yang terlahir dari aplikasi-aplikasi itu.
5.
KONSISTEN
Banyak penulis pemula
yang akhirnya memilih untuk melangkah mundur karena sering gagal. Tidak ada viewers-nya, tidak punya followers-lah, yang akhirnya bikin males
nulis.
Ya, iyalah, gimana mau
dapet followers kalau nulisnya ada
sebulan sekali cuma selembar. Hellllloow?
Kalau aku jadi pembacanya juga akan bilang Goodbye.
Buat apa menunggu
seseorang yang tak merasa ditunggu, ‘kan? Jika kita udah punya loyal readers, terus update ceritanya sesuka hati, jangan
kaget kalau suatu saat ditinggalin.
Beda cerita kalau kita
setiap hari nulis, meski cuma dapet selembar. Lalu seminggu kemudian update chapter selanjutnya. Yakin deh,
mereka akan datang dengan sendirinya.
6.
SERING
IKUT EVENT
Saya punya cerita
menarik lainnya diawal saya memasuki dunia literasi. Saat itu saya berteman
dengan salah satu penerbit di Facebook. Nah, kebetulan mereka ngadain event.
Eventnya simple banget,
cuma buat quotes. Iseng tuh, saya coba ikut. Dan ‘WOW’ hasilnya ternyata nggak
mengecewakan. Meski cuma terpilih sebagai kontributor, tapi rasanya udah kaya
dapet durian runtuh.
Apalagi saat dapat
sertifikat yang tertera nama kita. Selembar sertifikat itu bisa memotivasi kita,
lho. Seriusan ini.
Mulailah dari hal kecil
dan berani bersaing. Jika masih gagal terus, bahkan tak terpilih menjadi
kontributor, terus coba sampai bisa juara. Okay?
Semangat ya.
7.
KIRIM
NASKAH KE REDAKSI
Punya akun literasi
udah, konsisten udah, followers dan viewers banyak, ikut event menang terus, sudah saatnya kirim
naskah ke redaksi. Tunggu apalagi? Sampai kapan naskahmu akan bersarang di
seputar akun dan penerbit-penerbit kecil saja? Sudah saatnya kamu keluar dari
zona itu. Kumpulkan keberanian, menulis yang baik dan menarik, lalu kirim ke
redaksi. Setelah itu, menunggu sambil berdoa. Di sela-sela menunggu jangan
lantas berhenti menulis. Teruslah menulis cerita lainnya.
Jika sudah berani
memulai maka jangan berhenti di tengah jalan. Selesaikan perjalananmu sampai
bertemu dengan bendera keberhasilan.
8.
JANGAN
SOMBONG
Bagian terakhir ini
sangat saya tekankan, ya. Emang sih sepele, tapi penting banget. Saya pribadi
sudah kenal dengan segelintir orang di penerbit dan sebagiannya mengeluhkan
soal etika penulis zaman now yang daebak.
Nggak BERADAB.
Kirim naskah, di badan
email nggak diisi kata pengantar, ikut event gretongan tapi gayanya sok-sokan
kaya penulis udah terkenal. Suruh revisi nggak mau, ngerasa paling bener.
Baru nulis buku satu
sombongnya udah luar biasa. Udah nggak mau kenal teman lama selain teman
penulis. Penulis-penulis seperti ini yang tak boleh dicontoh, ya.
Penulis dan penerbit
itu ibarat artis dan agensi yang menaunginya. Kalau kamu di dalamnya saja
sopan, beradab, baik, maka semua akan segan padamu. Jadi tetaplah baik, rendah
hati meski sudah terkenal.
Oiya, satu lagi, kalau
kamu pernah nggak baik ke suatu penerbit, maka namamu akan tercatat abadi di
deretan blacklist mereka. Dan catatan
blacklist itu bisa sampai ke penerbit
lain juga karena biasanya owner atau
jajaran redaksi penerbit satu dan lainnya itu juga berteman.
Jadi kemungkinan besar
jika namamu udah di blacklist di salah satu penerbit, kemungkinan besar kamu akan
kesusahan nerbitin di penerbit lain juga karena LOW ATTITUDE. Kecuali kamu mau merubah sikap buruk itu.
Oke, itu dulu aja ya tips-tips dari
saya. Nanti kalau ada waktu saya lanjutin lagi. Atau kalian pengin tema apa tulis
di kolom komentar yah. Terima kasih sudah membaca artikel ini. Semoga
bermanfaat untuk kalian yang sedang mencari tahu bagaimana cara menjadi penulis.
Mantap jiwa, Bunda. Dari yang Bunda tulis sebagian Kristin alami juga hehehe. Semangat Bunda sayang😘
BalasHapusYang mana yang kamu alami, Dek? Pasti yang nggak konsisten ya ....
HapusHmmm ...
Buang jauh-jauh sifat malas itu. Nggak baik dipelihara.
Bunda makasih banyakkkk. Tips-tipsnya. Tapi ada yang mau aku tanyakan, kirim ke redaksinya itu seperti apa ya Bun?
BalasHapusMaksudnya prosedur kirim ke redaksi, gitu?
HapusKalau maksudnya begitu kamu wajib cari tahu dulu penerbit mana yang mau kamu masukin naskahmu. Abis itu kepoin syarat-syarat penulisannya. Karena setiap penerbit biasanya punya kriteria masing-masing. Misalnya cuma terima naskah romance, tolak horror. Ada juga yang sebaliknya.