Mungkin bagi sebagian penulis ada yang merasa
kesulitan dalam membuat kalimat pembuka, atau yang biasa disebut Opening Sentence. Seberapa penting sih
Kalimat Pembuka untuk sebuah novel? Jawabannya SANGAT PENTING.
Why?
Sebab kalimat pembuka menetukan keputusan dari para pembaca untuk melanjutkan
membaca cerita atau tidak. Wow, berarti sangat penting, iya? Yup, semua hal
dalam membuat novel sangat penting, baik sinopsis, alur, setting, blurb,
bahkan judul sekali pun. Begitu juga dengan kalimat pembuka.
Ibarat orang yang sedang jatuh
cinta, Opening Setence adalah cinta
pada pandangan pertama. Jadi sebisa mungkin buatlah kalimat pembuka yang
menarik dan membuat penasaran para pembaca.
Kalimat pembuka yang baik itu akan
menentukan keseluruhan isi cerita, tapi tidak membocorkan isi cerita. Namun,
juga jangan langsung terjun ke dalam isi cerita karena akan membuat pembaca
tidak penasaran lagi.
Merajut cerita itu seperti menjalin
sebuah hubungan, kadang kala sebagai wanita harus memiliki sikap agar pria
mengejarnya, bermain tarik ulur, kadang harus menunggu atau bila perlu
menggantungkan perasaan.
Jika seorang penulis mampu membuat
kalimat pembuka yang demikian, pembaca akan bertanya-tanya, kira-kira chapter
selanjutnya ada kejutan apa, iya?
Sampai di sini paham, iya? Kita lanjut
ke poin-poin penting yang harus diperhatikan dalam membuat kalimat pembuka yang
baik dan menarik.
Perkenalkan Tokoh-Tokoh
Penting
Pembukaan adalah kesempatan yang
bagus untuk mengenalkan tipe-tipe dan karakter tokoh serta tokoh utama yang
akan ditemukan pembaca. Namun, yang harus digaris bawahi, jangan sampai penulis
terjebak dalam pengenalan tokoh seutuhnya.
Ada baiknya jika tidak mengisi
keseluruhan chapter dengan hanya pengenalan tokoh seaja. Tentu hal
tersebut sangat membosankan yang membuat pembaca cukup membaca chapter
satu saja.
Saat menyampaikan pengenalan tokoh,
usahakan tidak mengenalkan sifat tokoh secara gamblang, seperti misalnya, Mira
adalah gadis pendiam, tidak bisa diajak bercanda, jarang tersenyum dan sosok
perempuan yang pencemburu.
Cara mengenalkan tokoh yang seperti
ini terkesan membosankan dan tidak menarik sama sekali. Mengenalkan sifat tokoh
lebih menarik jika membawa dalam alur cerita, seperti contoh di bawah ini:
Contoh : “Congratulation Amora, my Queen.” Seorang pria tinggi jangkung
mengenakan shirt putih bergaris tipis,
dilengkapi dasi abu-abu melengkapi penampilannya yang sempurna. Pria itu
berjalan santai menuju Amora yang tengah berada di kerumunan teman-temannya. Membuat
suasana foto-foto ria berhenti sejenak.
Siapa
yang menyangka, jika Amora yang pintar, pendiam dan selama ini hanya berkutat
dengan buku-buku tebal kuliahnya – hingga mendapat julukan kutu buku, ternyata
memiliki pacar berwajah oppa-oppa K-pop.
(Dari Novel I’m Yours by Dara Mahveen on Wattpad)
Lebih menarik, bukan?
Saran saya, dalam pengenalan tokoh,
gambarkan dengan detail para tokoh agar pembaca mempunyai gambaran yang jelas.
Misalnya, seorang pria tampan, maka
perjelas apa yang membuat pria tersebut tampan, karena persepsi orang tentang
tampan, atau tidak pasti berbeda-beda.
Jika menurut penulis pemuda yang
tampan adalah tinggi, bermata sipit, memiliki lesung pipi, berhidung mancung, berwajah
imut kaya oppa-oppa Korea, perjelas semua gambaran itu secara detail
hingga pembaca bisa ikut membayangkan ketampanannya.
Mulailah dengan Momen Penting
Buatlah kalimat
pembuka dengan menciptakan sesuatu yang tak biasa, atau momen penting yang
membuat hati pembaca berdebar-debar.
Contoh:
Aku
masih memandangi undangan pernikahan berwarna putih bersih di atas meja ruang tamu. Bercorak bunga tulip
merah yang menggantung pada garis tengah kertas sebagai pemisah antara halaman
pertama dan kedua. Disusul dengan sebutan nama cantik kedua mempelai yang
terukir dengan tinta keemasan: ”Adriansyah
Kurniawan& Bintang Kirana Dewi”.
Pada
sekotak kecil di bawahnya yang cukup untuk sekadar menuliskan nama panjangku, tertuju
untuk siapa undangan itu diberikan. My
Lovely Sister “Dinda Pramesti Syailendra.” Khusus kata Sister, aku ingin menggarisbawahi dengan tebal, menyimpulkan dengan
jelas posisiku di hatinya. (Novel
1 Hati 2 Ruang by Dara Mahveen on Webcomics)
Dari contoh di atas pembaca akan
bertanya-tanya, siapa sih Adrian? Terus Dinda yang menyebut dirinya dengan aku
ini siapa? Mantannya-kah? Kira-kira setelah Dinda membaca undangan itu sikapnya
akan bagaimana?
Membocorkan Konflik
Memangnya boleh
konflik dibuka diawal chapter? Boleh,
kok. Berikan bocoran sedikit tentang konflik yang akan diangkat, namun
jangan semua konflik dipaparkan.
Kalau bisa malah
bagus setiap chapter ada konflik, membuat jantung pembaca berdebar-debar terus.
Kalimat pembuka yang membocorkan konflik, misalnya tentang seorang detektif
yang sedang mengejar buronan narkoba.
Contoh: Dirga,
polisi yang ditugaskan sebagai detektif di sarang narkoba memulai pekerjaannya
hari ini dengan waspada. Kedatangannya disambut dengan sekumpulan anak-anak
muda yang tengah mengisap ganja di sebuah rumah kontrakan yang terletak di
pinggir rel kereta.
Kejutan Atau Teka-Teki
Sebuah pembukaan yang mengejutkan, atau penuh dengan
teka-teki dapat membuat pembaca berhenti sejenak, berpikir, dan bertanya-tanya
tentang cerita tersebut. Ini merupakan cara dramatis untuk mendorong sebuah
cerita memanggil-manggil untuk dibaca.
Contoh: Di penghujung musim dingin usia ketujuh
belasku, Mom menyimpulkan aku depresi. Mungkin karena aku jarang keluar rumah,
menghabiskan cukup banyak waktu di tempat tidur, bolak-balik membaca buku yang
sama, jarang makan, dan menghabiskan cukup banyak
waktu luangku yang berlimpah itu untuk memikirkan kematian. (Novel The Fault in Our
Stars by John
Green)
Contoh di atas membuat pembaca bertanya-tanya:
Tokoh utamanya matikah? Happy or sad ending kah.
Feel Atau Sentuhan Emosi
Cara seperti ini
dapat memberikan pembaca kesempatan untuk merasakan apa yang tengah dirasakan
oleh si tokoh. Tarik pembaca ke dalam imajinasi dan emosi yang diciptakan oleh
penulisnya.
Contoh: Setiap dirinya
membuka mata di pagi hari, cerita itu belum hilang dari ingatan. Masih diingat
dengan baik setiap detailnya. Yah, hanya karena satu pria yang belum ia maafkan
sampai saat ini.
Setiap jengkal sisi pria itu berhasil
menanamkan luka yang tak mungkin ia lupakan. Walau dengan memejamkan matanya
berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Tepat dihari ini; adalah
untuk tahun keduanya Bila masih berjuang menghapus luka-luka perih itu dengan
sisa kekuatan yang dia miliki. (Novel Jeda on Webcomics by Dara
Mahveen)
Mungkin itu saja cara membuat kalimat pembuka
agar tidak terkesan membosankan dan lebih menarik untuk dibaca. Semoga artikel
ini bermanfaat dan para penulis yang selama ini mengalami kesulitan dalam
membuat kalimat pembuka bisa memraktekkannya dengan baik.
Komentar
Posting Komentar